Final partai kedua memainkan sektor
ganda putra antara Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (unggulan satu)
melawan ganda Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (unggulan dua)
sungguh menyajikan pertandingan kelas dunia. Final ganda putra sesuai
dengan skenario yang memertemukan pemain penghuni rangking satu dunia
dengan rangking dua dunia. Game pertama berlangsung sengit.
Kejar-kejaran angka terus terjadi bagi kedua pasang pemain ini. Hingga
kedudukan 16-16. Namun Hendra/Ahsan sempat mencapai game poin duluan
20-16, namun ganda Jepang ini berhasil mencuri 3 poin hingga kedudukan
20-19. Smes Hendra ke arah Hiroyuki Endo gagal dikembalikan dengan
sempurna sehingga game pertama pun berhasil diamankan oleh mereka
dengan skor dramatis, 21-19.
Game kedua, pasangan Indonesia sempat
memberikan harapan gelar juara bagi Indonesia saat unggul 9-5 diawal
game kedua, namun ganda Jepang berhasil menyamakan skor saat kedudukan
11-11. Selisih poin kedua pemain hanya terpaut satu poin hingga skor
17-17. Tiga poin beruntun didapatkan pasangan ganda Indonesia, membawa
mereka match poin 20-17. Pada kedudukan 20-17, satu sambaran shutlekock
dari Ahsan dianggap out oleh hakim garis. Ahsan/Hendra pun meminta wasit
untuk menayangkan ulang, namun panitia yang bertugas mengambil
keputusan bahwa shutlekock out, poin pun menjadi 20-18.
Dropshot silang Ahsan ke sisi kiri lawan masih melebar ke luar lapangan
sehingga kedudukan menjadi 20-19. Satu pengembalian shutlekock Kenichi
Hayakawa yang membentur net sekaligus memastikan gelar juara bagi
Hendra/Ahsan dan gelar perdana All England mereka, dengan skor 21-19.
Bagi kedua pasang ini, gelar ini
merupakan gelar perdana mereka di musim pembuka 2014. Serasa lengkap
sudah gelar bagi Hendra Setiawan. Hampir semua gelar bergengsi telah ia
torehkan, seperti Emas Olimpiade, emas kejuaraan dunia, emas Asian
Games, emas SEA Games, dan berbagai gelar superseries, dan gelar
superseries premier. Skor akhir melawan ganda Jepang diturnamen All
England ini berakhir dengan skor kembar, 21-19 dan 21-19. Mungkin bagi
Hendra Setiawan ini seakan menjadi kado istimewa buat anak-anaknya yang
juga kebetulan lahir kembar. Selamat buat Hendra/Ahsan. Bravooo!
Partai terakhir memainkan partai ganda
campuran yang memertemukan juga penghuni rangking satu dunia melawan
rangking dua dunia antara Zhang Nan/Zhao Yunlei (CHN) melawan ganda
terbaik Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Partai final All
England tahun ini merupakan partai ulangan final tahun lalu. Saat itu,
Owi/Butet (sapaan akrab Tontowi/Liliyana) menang dua games langsung.
Game pertama berlangsung sengit. Kedua
pemain berusaha untuk tanpil menekan dan selisih poin hanya terpaut satu
poin saja. Interval game pertama ditutup dengan skor 11-10 untuk
keunggulan Owi/Butet. Kejar-kejaran angka terus berlanjut hingga skor
12-12. Namun setelah itu, Owi/Butet tidak terbendung lagi perolehan poin
mereka. Game pertama ditutup dengan skor yang meyakinkan dengan skor
21-13 untuk Owi/Butet.
Memasuki awal game kedua, Owi/Butet
tidak memberikan kesempatan kepada ganda China untuk mengembangkan
permainan mereka. Owi/Butet berusaha untuk tampil menekan diawal game.
Interval game kedua ditutup dengan skor 11-7. Masih pada pola permainan
yang sama diawal game kedua, Owi/Butet semakin meninggalkan pasangan
ganda China dalam perolehan poin. Owi/Butet mencapai match poin duluan
saat skor 20-15, namun ganda China memerkecil perolehan poin mereka
menjadi 20-17. Game kedua ditutup dengan skor 21-17 untuk kemenangan
Owi/Butet setelah pengembalian shutlekock Zhang Nan membentur net.
Gelar All England tahun ini adalah gelar
ketiga mereka secara beruntun di kejuaraan yang sama. Tahun 2012 silam,
Owi/Butet meraih gelar perdana mereka di All England saat difinal
mengalahkan ganda Denmark Thomas Layborn/Kamilla Ryther Juhl dengan skor
21-17 dan 21-19. Tahun 2013, Owi/Butet memerpanjang gelar kedua mereka
saat difinal mengalahkan ganda China, Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan skor
21-13 dan 21-17. Kini ditahun 2014, mereka menciptakan gelar hattrick
mereka juga menghadapi lawan yang sama ditahun lalu dan dengan skor yang
sama 21-13 dan 21-17. Selain lawan dan skor yang sama, ternyata durasi
pertandingan juga sama, 42 menit dan semuanya diselesaikan dengan dua
games langsung. Ditahun 2012, juga diselesaikan dengan waktu 43 menit,
terpaut satu menit. Kebetulan? Itulah fakta yang terjadi.
Gelar hattrick yang ditorehkan Owi/Butet
menempatkan mereka sebagai pemain pertama ganda campuran yang
menciptakan hattrick gelar All Englad beruntun di era 2000an. Nampaknya
gelar ini akan susah untuk disamakan oleh pemain dari negara lain,
apalagi pemain Indonesia lainnya. Selamat kepada Owi/Butet atas gelar
hatricknya. Bravooo
Tidak ada komentar
Posting Komentar